Kamis, 02 Mei 2013

Pengusaha Minta May Day Jangan Dipolitisir

 
MedanBisnis – Medan. Kalangan pengusaha di Sumatera Utara (Sumut) meminta perayaan May Day atau Hari Buruh Sedunia tanggal 1 Mei 2013 jangan dipolitisir. Sebab, May Day yang bertepatan dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis premium, dikhawatirkan dimanfaatkan sejumlah pihak hingga menimbulkan gejolak antara buruh dan pengusaha.
"Perayaan May Day kan setiap tahun. Jadi pengusaha berharap serikat buruh/pekerja Sumut merayakannya tidak dengan anarkis atau malah menimbulkan gejolak lainnya. Karena itu akan membuat kalangan pengusaha khawatir,”

 ujar Wakil Ketua Umum Bidang SDM Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumut, Isfan F Fahruddin, kepada wartawan, di Medan, Jumat (26/4).

Terkait perayaan May Day yang bertepatan dengan kenaikan harga BBM premium bersubsidi, dikatakan Isfan, tidak masalah. Karena kenaikan itu tidak berdampak langsung dengan pengusaha.

Sebab, selama ini, pengusaha sudah menggunakan BBM non subsidi. Namun jika itu berhubungan dengan harga barang akibat dampak dari transportasi, itu masih seiring dengan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) dan upah minimum kota (UMK).

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumut, Firsal Ferial Mutyara, mengatakan, perayaan May Day memang seharusnya tidak lagi diwarnai dengan aksi demo yang berpotensi menimbulkan gejolak antara pengusaha dan buruh.

"Kalaupun mau dirayakan, jangan memaksa atau sweeping. Ya, biarkan saja diikuti buruh/pekerja yang memang mau. Kalau tidak, jangan dipaksakan. Karena pengusaha sudah menyatakan tidak akan membayar upah kalau ikut aksi," kata Firsal.

Meski perayaan May Day selalu digunakan buruh sebagai momentum menyampaikan tuntutan dengan alasan memperbaiki nasib buruh, namun sering juga dimanfaatkan atau dipolitisir berbagai pihak. Padahal, kondisi seperti itu justru akan membuat buruh berada di posisi yang tidak diuntungkan.

 "Karena itu, kita minta kepada buruh/pekerja merayakan May Day dengan damai saja. Jangan dipolitisir apalagi bertepatan dengan kenaikan harga BBM subsidi. Karena itu, dunia usaha pun tidak akan mendapatkan efek dari perayaan May Day," katanya.

Ketua Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Sumut, Minggu Saragih, mengatakan, kalangan buruh di Sumut akan menjadikan perayaan May Day atau Hari Buruh Internasional pada 1 Mei menjadi hari perlawanan dan refleksi kaum buruh terhadap pemerintah yang sangat lamban dan terkesan tidak peduli degan perbaikan nasib kaum buruh.

"Kita murni berjuang untuk perbaikan nasih buruh. Tidak ada dipolitisir. Jadi kita juga berharap para pengusaha dan pemerintah mengerti dan memenuhi tuntutan kita," katanya.

Pada aksi nanti, kata Minggu, pihaknya akan menuntut realisasi jaminan sosial atau BPJS kesehatan pada 1 Januari 2014 dan BPJS ketenagakerjaan pensiun pada 1 Juli 2015.
 (elvidaris simamora)
BERI KOMENTAR/PENDAPAT

0 komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites