Minggu, 15 April 2012

Mengapa Gempa Sumatra 2012 Tak Picu Tsunami?

Gempa Sumatra, 11 April 2011 lalu berkekuatan 8,5 SR. Hampir berkekuatan sama dengan gempa Jepang 2011 yang mencapai 8,9 SR.

tsunami,gempa,acehTsunami Aceh 2004. (Xinhua/XINHUA/Corbis)

Gempa berkekuatan 8,5 Skala Richter yang menghantam Samudra India, tepatnya 453 kilometer di lepas pantai pesisir barat pulau Sumatra, Rabu (11/4) pukul 16.38 WIB merupakan gempa dengan ukuran dahsyat. Sontak, gempa tersebut mengingatkan kita akan kejadian serupa di tempat yang sama pada tahun 2004 lalu, yang merupakan salah satu bencana alam terhebat di masa modern.

Meski demikian, gempa yang terjadi kali ini berbeda dengan gempa yang menimbulkan tsunami dan membunuh lebih dari 230 ribu jiwa serta menyebabkan jutaan penduduk kehilangan tempat tinggal itu. Lalu, mengapa gempa dahsyat kali ini - gempa pemicu tsunami hebat di Jepang, 11 April 2011 lalu berkekuatan 8,9 SR - tidak menimbukan tsunami?

“Skala gempa kali ini memang sedikit lebih kecil,” kata Julie Dutton, pakar geofisika dari U.S. Geological Survey. “Gempa 2004 memiliki magnitude 9,1 dan merupakan gempa bumi terbesar ketiga yang pernah tercatat dalam sejarah,” ucapnya.

Namun yang lebih signifikan, kata Dutton, gempa kali ini berbeda. Ia tidak terjadi di batas lempeng bumi di sepanjang area yang disebut zona subduksi, di mana lempeng tektonik saling menindih satu sama lain. Gempa yang terjadi di tengah-tengah lempeng samudera kali ini disebut dengan strike-slip earthquake, di mana lempeng bumi bergeser menyamping satu sama lain, bukan ke atas ke bawah, saling menghimpit.

“Strik-slip tidak menimbulkan potensi tsunami yang besar seperti gempa subduksi karena lempeng bergerak ke arah yang berlawanan,” sebut Dutton. “Meski gempa seperti ini kadang menghasilkan longsor di dasar laut, tsunami signifikan tidak muncul,” ucapnya.

Jika gempa subduksi yang terjadi, sebuah kawasan lempeng samudera yang cukup luas mendadak bergerak masuk ke bawah lempeng lainnya dan membuat kawasan lempeng lainnya bergerak naik. Pergerakan naik turun di dasar laut ini juga mengguncang air. “Intinya, semakin luas dasar laut yang bergerak, semakin keras guncangannya, air yang bergerak juga semakin banyak. Efeknya, semakin dahsyat pula tsunami yang timbul,” ucap Dutton.

Saat gempa kali ini terjadi, U.S. Pacific Tsunami Warning Center di Hawaii langsung mengeluarkan peringatan tsunami di seluruh kawasan Samudra Hindia. Sekitar satu jam setelah guncangan terbesar muncul, peringatan tersebut masih berlaku, dan gelombang tsunami setinggi 30 cm muncul di Sabang, provinsi Banda Aceh. Kawasan ini merupakan yang paling terpengaruh pada gempa 2004 lalu. Gelombang terbesar yang muncul sendiri hanya setinggi satu meter dan peringatan bahaya tsunami pun dihentikan.

Menurut Dutton, gempa sekuat itu memang tidak lazim terjadi di kawasan yang kali ini terjadi. “Namun bukanlah yang pertama kali terjadi,” ucapnya.
(Abiyu Pradipa. Sumber: OurAmazingPlanet)

0 komentar:

Posting Komentar

Selamat Datang

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites